Tambang
Skala Besar
1. Kedalaman mencapai 60 - 850 m
2. Jenis batuan: batuan beku diorite, dacite,
agrillite (hard, brittle rock), dan batuan sedimen breksi (weak rock)
3. Studi kasus di tambang Amerika Utara dan Selatan,
Asia dan Eropa
4. Batuan yang dijumpai pada tambang Aitik, yaitu
batuan keras, terkekarkan.
Faktor Langsung
Yang Berpengaruh Pada Stabilitas Lereng :
(a). Kondisi tegangan, termasuk air tanah.
(b). Struktur geologi, khususnya keberadaan struktur
skala besar.
(c). Geometri pit.
(d). Kekuatan massa batuan.
Pokok Permasalahannya Adalah :
(a). Penentuan kemungkinan mekanisme dan jenis
keruntuhan disaat kondisi lereng tidak stabil.
(b). Melakukan identifikasi paramater geomekanika yang
menyebabkan terjadinya keruntuhan lereng.
Besarnya Sudut
Lereng Tergantung Pada :
(a). Keberadaan jalan angkut, ramp, tumpukkan hasil
peledakan.
(b). Bahaya peledakan.
(c). Kadar.
(d). Batasan ekonomi.
Perkembangan Analisis Stabilitas Lereng :
(1). Pada perencanaan jangka
panjang perlu penentuan sudut lereng yang stabil, didasarkan pada karakteristik
geomekanika.
(2). Melakukan pemetaan
kekar yang lebih detail, dan memperbaiki data hidrologi, melakukan
analisis-balik, dan memberikan rekomendasi, Hasil studi ini dapat diperoleh
terjadinya keruntuhan geser busur, bidang, step path, baji, dan
keruntuhan blok.
(3). Besarnya sudut dapat
dicapai dengan memperhatikan peledakan (Krauland dan Sandstrom, 1994, 1996)
(4). Pengurangan kekuatan
batuan dapat memberi resiko yang besar terjadinya keruntuhan busur dan step
path.
(5). Hasil analisis, bahwa
sudut lereng keseluruhan sangat rentan terhadap kohesi dan sudut geser dalam
massa batuan. Contoh, untuk lereng terdrainase dengan sudut geser dalam 30º dan
kohesi 0,8 MPa pada kedalaman pit 500 m, sudut lereng stabil sebesar 60º, dan
bila kohesi 0,5 MPa sudut lereng stabil sebesar 50º (Krauland dan Sandstrom,
1994; Hustrulid, 1995).
Faktor Yang
Penting Dalam Stabilitas Lereng Tambang (Stacey, 1968) :
(a). Struktur geologi.
(b). Kondisi tegangan batuan dan air tanah.
(c). Kekuatan diskontinuitas dan intack rock.
(d). Geometri pit, sudut dan permukaan lereng.
(e). Getaran peledakan dan seismik lain.
(f). Iklim.
(g). Waktu.
(h). Lingkungan kaitannya dengan kondisi air asam.
Jenis Model Keruntuhan :
(1). Pada lereng keruntuhan dikendalikan oleh
struktur, yaitu keruntuhan bidang dan guling.
(2). Semakin besar skala tambang keruntuhan yang
dikendalikan oleh struktur semakin berkurang, dan terjadi keruntuhan step-path
failure, yaitu keruntuhan geser busur terjadi sepanjang bidang diskontinu,
dan sepanjang perselingan dengan batuan keras (intack rock) yaitu
berbentuk keruntuhan lengkung (curve).
(3). Keruntuhan guling terjadi pada lereng alamiah dan
lereng dengan ketinggian yang besar.
Mekanisme Keruntuhan :
(a). Pada batuan keras tidak jelas dan bentuk
keruntuhan, diperlukan pengetahuan perilaku kinetik lebih bersifat empirik,
khususnya di batuan keras dan brittle.
(b). Kekuatan massa batuan sangat sulit ditentukan
pada tambang skala besar. Perlu kecermatan yang tinggi untuk menentukan
kekuatan massa batuan.
(c). Analisis balik dapat digunakan untuk menentukan
kekuatan massa batuan dengan baik.
(d). Interpretasi dan pengertian data kondisi geologi
dari satu tempat ke tempat lain sangat terbatas.
Metode Perancangan
Lereng Batuan
1. Metode keseimbangan batas.
2. Model numerik.
3. Metode numerik.
4. Metode perkiraan.
Suatu catatan bahwa pada lereng di tambang skala besar
pemilihan metode tidak begitu penting dibandingkan dengan menentukan paramater
masukkan yaitu kekuatan massa batuan.
Pengendalian Lereng
(1). Penyangga dapat dilakukan pada tambang skala
kecil, akan tetapi penirisan sangat berperan pada tambang skala besar.
(2). Pemantauan perpindahan harus dilakukan secara
menerus di seluruh tambang.
(3). Ini bisa menunjukkan perpindahan yang lambat dan
stabil dan mungkin menerus hingga lereng runtuh.
Berikut Isue
Yang Diperlukan Untuk Merancang Lereng Skala Besar :
(A). Mengkuantifikasi struktur geologi dengan
perbedaan skala dan ukuran, pada perbedaan tinggi lereng, sebagai parameter
masukkan kontrol terhadap proses
keruntuhan sebagai pengaruh faktor skala atau lebih sebagai transition point.
(B). Mengkumpulkan data lapangan, terutama untuk
perhitungan back-analysis kekuatan massa batuan.
(C). Mempelajari sejarah lereng yang pernah mengalami
keruntuhan.
(D). Mengembangkan kriteria kuantitatif untuk
memperkirakan apakah keruntuhan akan lambat dan stabil, atau cepat dan tidak
terkontrol.
(E). Mengkuantifikasi faktor yang berpengaruh terhadap
kekuatan massa batuan.
(F). Dari semua itu dapat menghasilkan suatu kajian
ilmiah dan akademik sebagai suatu bentuk disertasi doktor. Ini dilakukan dengan
mengupdate secara menerus data struktur, sifat kekuatan, dan kondisi hidrologi
seluruh pit. Hasilnya berupa update dan revisi dari kriteria design yang telah
dilakukan sebelumnya.
(G). Isue utama yang masih menjadi pertanyaan adalah
bagaimana untuk memprediksi kondisi stabilitas lereng pada skala besar.
(H). Yang penting
adalah menentukan kriteria awal runtuh
(bentuk dan lokasi), Kinetika runtuh (stabil atau tidak, terkontrol atau
tidak), tetapi dari literatur ini merupakan pekerjaan yang sangat sulit.